"Tego Larane, Ora Tego Patine" Tega untuk menyakiti dalam pertarungan, namun tidak sampai hati bila harus mengakhirinya dengan kematian, setiap kerusakan yang ad hanyalah berniat untuk memperbaiki keadaan. 4."Sak Apik-apike Wong, Yen Aweh Pitulung Kanthi Cara Dedhemitan"
Tego larane ora tego patine adalah sebuah ungkapan Jawa yang artinya "mengetahui jalan tanpa mengetahui patokannya". Ungkapan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kemampuan atau pengetahuan yang sangat luas namun tidak memiliki landasan yang jelas dalam hal tersebut.
"Tego Larane, Ora Tego Patine". Makna: Tega melihat saudara kesakitan dalam memperbaiki diri namun tidak tega melihat kematian saudaranya. ⢠"Sepiro Gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung Dadi Cubo". Makna: Sebesar apapun kesengsaraan jika mampu menerimanya dengan lapang dada maka hanya akan menjadi cobaan semata. ⢠"Urip Iku
VideoTikTok dari Plenthinkshter (@rizalplenthink): "Ana Mangsane Tego Larane Ra Tego Patine Lan Ana Wayahe Mudal Sak Sembarange. ..š„°š„° š¤š¤#pshtpusatmadiun #pshttrenggalek #pshttulungagungselatan #arusbawahpsht ojo sok ngomongne basis nggeh kabeh roto full SH ". suara asli - Plenthinkshter.
73Followers, 47 Following, 8 Posts - See Instagram photos and videos from Tego Larane Ora Tego Patine-ā”- (@dimasmelon22)
WbkcCe. TEGO LARANE ORA TEGO PATINE Kang Thohir Tego Larane Ora Tego Patineā Tega sakitnya tidak tega matinya. Nasehat singkat ini dulu sering disampaikan orang tua tatkala saya dan saudara bertengkar karena sesuatu yang remeh, layaknya anak-anak pada umumnya. Selain tujuannya agar kita berhenti bertikai, orang tua ingin menanamkan rasa empati terhadap saudara sendiri. Terkadang seseorang bisa akrab, rukun, akur, dan damai dengan orang lain lebih dari saudaranya sendiri. Tidak jarang pula seseorang tidak tegur sapa atau bahkan bermusuhan dengan saudara sendiri, sementara dengan orang lain dia menganggapnya saudara angkat. Bagaimana pun juga, boleh jadi kita tega menyakiti saudara sendiri, namun tidak akan kuat jika sampai kehilangannya. Sebagaimana bunyi nasehat tersebut. Nasehat di atas adalah falsafah hidup orang Jawa. Bisa diterapkan dalam konsep hubungan persaudaraan atau yang lebih erat, semisal hubungan orang tua dengan anak atau suami dengan istri. Artinya, sekejam-kejamnya orang tua terhadap anaknya, pasti akan menitikkan air mata tatkala sang buah hati meninggal dunia. Sebejat-bejatnya suami pasti bersedih ditinggal istri untuk selama-lamanya. Dalam dunia persilatanā, unen-unenā ungkapan; Jawa di atas juga diadaptasi oleh perguruan silat Setia Hati Teratai menjadi salah satu ajaranā intinya. Mungkin karena terlalu mendarah daging dalam mengamalkannya, anggotanya sering didapatkan terlibat perkelahian atau tawuran dengan alasan setia kawan. Lantas, mungkinkah filosofi Tego Larane Ora Tego Patineā diamalkan dalam konteks Uyghur? Tidakkah cukup alasan atas nama sesama muslim ukhuwwah Islamiyah untuk kita berempati pada muslim di daratan China itu? Masihkah dibutuhkan hujah kemanusiaan ukhuwah basyariyah untuk mengecam kezaliman pada Uyghur? Padahal terhadap pembunuhan hewan langka saja kita bisa bersikap lebih dari itu. 21 Desember 2019
Apa Arti Peribahasa Pepatah Tega Larane Ora Tega Patine Makna Peribahasa peribahasa jawa Jawabannya Adalah Artinya, tega larane tega sakitnya, ora tega patine tidak tega atas kematiannya. Peribahasa ini merupakan gambaran dari eratnya ikatan persaudaraan di Jawa. Meskipun antar saudara sering bertengkar, namun kalau terjadi kesulitan dan penderitaan, mereka tetap akan saling menolong. Peringatan bahwa sekecil apa pun permasalahan hidup di dunia memiliki potensi memutuskan hubungan antarsaudara kandung. Maka, sebaiknya setiap keluarga menjaga, jangan sampai anak-anak mereka mengalami kejadian seperti itu. Misalnya, dua orang kakak beradik mengalami cekcok berke panjangan karena berebut warisan. Gara-gara tidak ada yang mau mengalah, perkara warisan tersebut diajukan ke pengadilan. Lantaran shock atas peristiwa itu, sang kakak jatuh sakit cukup parah dan harus dirawat di rumah sakit sampai berbulan-bulan. Menyadari kondisi kakaknya seperti itu, akhirnya si adik mencabut gugatannya dan merelakan warisannya dijual untuk membantu pengobatan sang kakak. Kasus tersebut memberikan contoh bahwa dalam keadaan sehat, saudara kandung dapat bermusuhan. Namun, ketika salah satu di antara mereka mengalami penderitaan, yang lain akhirnya juga tidak dapat tinggal diam.
tego larane ora tego patine