Dariberbagai budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya.
Masyarakatartinya adalah satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh perasaan bersama. Multi berarti banyak atau beranekaragam. Sedangkan kultural berarti budaya. Jadi, masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur
AKULTURASIMasuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akuturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak
Ritualisme adalah perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat. Contoh: Upacara di Ngaben di Bali. Retretism, (pengasingan diri), adalah perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya. Contoh: Pecandu obat bius, pemabuk
ajaranagama sebelum islam masuk, hal itu juga berlaku pada masyarakat Pauh tradisi yang akan bertahan dalam kehidupan masyarakat adalah tradisi yang memiliki fungsi bagi masyarakatnya seperti yang pengembangan nilai-nilai leluhur yang dilestarikan oleh setiap kelompok masyarakat. Budaya yang diterapkan masyarakat dalam bentuk tradisi
WzAlmnd. - Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah kremasi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Melansir upacara ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya. Dalam bahasa Bali, "Ngaben" adalah konotasi bahasa halus yang sering disebut Palebon. Palebon berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi abu atau tanah. Untuk menjadikan prathiwi abu atau tanah ada dua cara, yaitu dengan cara membakar ngaben dan menanam ke dalam tanah metanem. Baca juga Mengenal Upacara Ngaben, Berikut Asal-usul, Tujuan dan Jenisnya Baca juga Setahun Lebih Terhenti, Mulai Gelar Upacara Ngaben di Bali dengan Protokol Kesehatan Ketat Asal-usul Upacara Ngaben Dikutip dari Indonesia Kaya, menurut Nyoman Singgin Wikarman, kata "Ngaben" berasal dari kata "Beya" yang artinya bekal. Ngaben disebut juga palebon yang berasal dari kata "Lebu" yang berarti prathiwi atau tanah debu. Untuk membuat tubuh manusia meninggal dunia menjadi tanah, salah satunya dengan dibakar. Dalam ajaran Hindu, selain dipercaya sebagai Dewa Pencipta, Dewa Brahma memiliki wujud sebagai Dewa Api. Jadi, upacara Ngaben adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa kembali ke Sang Pencipta. Api yang membakar dipercaya sebagai penjelmaan Dewa Brahma. Api akan membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah meninggal dunia. Orang Hindu percaya bahwa manusia terdiri dari tiga lapisan, yakni raga sarira, suksma sarira, dan antahkarana sarira.
Upacara Ngaben dilakukan secara turun-temurun sampai saat ini. Umat Hindu Bali golongan kurang mampu sering melakukan upacara Ngaben secara bersamaan atau , massal, karena bertujuan untuk menghemat biaya, biasanya jasad orang meninggal dikebumikan dahulu, kemudian dingaben ketika biasa sudah bagi yang berada akan menyegerakan prosesi upacara ini secepatnya. Tak jarang menyimpan jasadnya di rumah untuk sementara sambil menunggu hari baik menurut kepercayaan Upacara NgabenTata Cara Upacara NgabenJenis – jenisKesimpulanTerdapat tiga tujuan utama dari diadakannya Upacara Ngaben khas Bali ini. Tujuan utamanya adalah untuk mensucikan roh Umat Hindu yang sudah meninggal dan mempercepat proses kembalinya jasad yang telah mati ke alam asalnya. Ini diambil dari kitab suci veda samhita, lebih tepatnya isi dari yujurveda, tersurat bahwa setiap orang Hindu yang meninggal dunia wajib dijadikan abu, agar atmanya mencapai moksa atau yang kedua adalah untuk mengembalikan Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta sendiri adalah unsur-unsur pembentuk badan kasar manusia. Hal itu dikarenakan masyarakat Hindu Bali percaya bahwasanya badan manusia terdiri dari badan kasar dan badan halus. Badan kasar adalah raga tempat persinggahan roh yang jika telah meninggal harus dikembalikan kepada sang TerkaitBadan kasar itu pun terdiri atas lima unsur. Unsur-unsur tersebut diantaranya unsur pertiwi yang biasanya terdiri dari sesuatu yang padat seperti daging, tulang, kuku. Selanjutnya adalah apah yaitu termasuk unsur cair, kemudian bayu atau sering disebut sebagai unsur udara seperti teja dan unsur panas. Dan yang terakhir adalah akasa atau unsur ether yaitu segala sesuatu yang memunculkan rongga pada tubuh manusia melalui terakhir adalah sebagai bentuk rasa ikhlas. Ketika sebuah keluarga ditinggalkan oleh seseorang, maka harus melakukan yang namanya prosesi upacara Ngaben sebagai bentuk keikhlasan mereka melepas anggota keluarga yang telah lebih dulu meninggalkan dunia. Dengan melakukan ritual ini maka tidak ada lagi air mata kesedihan menghiasi wajah para keluarga yang Cara Upacara NgabenPelaksanaan upacara ngaben, foto oleh merdeka,comProses upacara Ngaben diawali dengan menentukan hari baik oleh pendeta Umat Hindu. Jauh-jauh hari sebelum ketetapan tanggal, keluarga dari orang yang meninggal, menyiapkan “bade dan lembu”, yang dibuat dari kayum, bambu, kertas warna-warni sesuai dengan golongan sosial mendiang. Setelah itu diadakan berbagai rangkaian ucapaca. Dengan sarana berupa sajen dan kelengkapannya sebagai simbol seperti ritual lain Umat Hindu Bali. Ketika menentukan tanggal dan hari baik untuk melaksanakan Upacara Ngaben, waktu yang dibutuhkan tidak sedikit bahkan hingga berhari-hari. Selama itu pula, jasad para orang yang meninggal akan diberi ramuan yang berfungsi untuk memperlambat pembusukan. Namun pada masa sekarang ini, penggunaan formalin yang jauh lebih praktis digunakan oleh hampir setiap keluarga untuk mencegah pembusukan jasad secara itu, sebelum dilaksanakannya prosesi upacara Ngaben maka jasad hanya dikatakan tertidur. Dikarenakan masih dianggap hanya tertidur untuk sementara waktu, maka para keluarga harus melayaninya sesuai dengan saat mereka masih hidup seperti menyediakan makan dan minuman untuk mereka. Ketika hal ini terjadi, tidak ada air mata menetes dari para anggota keluarga karena mereka menganggap bahwa kematian bukan untuk ditangisi melainkan adalah sebagai suatu fase untuk mengantarkan roh ke ini dilakukan tidak hanya kepada jenazah yang memiliki jasad saja, bagi korban kecelakaan terseret air laut, atau kejadian bom Bali lalu, tetap bisa dilakukan dengan mengambil tanah di kejadian lokasi, lalu ikut mendiang yang masih memiliki jasad, tata cara upacara ngaben terdiri dari proses pemandian jenazah, ngajum, pembakaran dan nyekah. Setiap tahapan ini memiliki sesajen yang pemandian jasad atau ritual nyiramin layon dilakukan setelah keluarga mendapat hari baik dari pendeta. Setelah proses pemandian, jasad akan dikenakan pakaian adat bali lengkap. Selanjutnya prosesi ngajum atau proses pelepasan roh menggunakan simbol kain yang dibentuk dengan simbol-simbol penyucian jasad diusung ke tempat pengabenan menggunakan wadah jenazah untuk proses pembakaran atau ngaben yang dilakukan di kuburan desa setempat. Biasanya wadah ini berbentuk padma atau simbol Rumah Tuhan. Upacara Ngaben di Bali, foto oleh doripos,comSetelah jenazah sampai di kuburan, selanjutnya dipindahkan ke pamalungan, pembakar jenazah yang terbuat dari tumpukan batang pohon pisang berbentuk lembu. Di lokasi pembakaran juga dilakukan upacara penyucian roh oleh pendeta atau orang yang mumpuni, dengan menggunakan pralina, yaitu api abstrak yang diiringi mantra peleburan kotoran atma yang ada di dilanjutkan peleburan jasad menggunakan api abstrak yang diiringi mantra peleburan kotoran atma yang ada di jasad. Kemudian dilanjutkan peleburan jasad menggunakan api konkrit. Untuk sekarang menggunakan api dari tabung gas. Biasanya prosesi pembakaran jasad menjadi abu, membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Abu yang sudah terbentuk dikumpulkan ke dalam kelapa gadhing untuk dijadikan sekah, yang kemudian akan berakhir dilarungkan ke laut. Jenis – jenisDalam pelaksanaannya, upacara ini terdapat beberapa macam tata cara, tergantung dengan kemampuan sang keluarga mendiang yang ditinggalkan, tentunya juga dengan kebijakan turun-temurun adat. Umumnya pelaksanaan ini dibagi berdasarkan kasta karena setiap upacara pasti memerlukan biaya yang cukup besar. Namun, hal ini bisa disiasati dengan ngaben sederhana. Kali ini munus akan merangkum jenis Upacara Ngaben yang tergolong upacara sederhanaMendhem Sawa, bermakna penguburan mayat. Yaitu ritual penguburan jenazah untuk dikuburkan di waktu yang tepat. Selain itu penguburan ini juga memiliki filosofi untuk menundukkan ragha sarira dengan prthiwi. Ngaben Mitra Yajna, Jenis selanjutnya adalah Ngaben Mitra Yajna. Nama Ngaben Mitra Yajan sendiri diambil dari kata Pitra leluhur dan Yajna korban suci Istilah ini digunakan untuk menyebutkan jenis ngaben yang diajarkan pada Lontar Yama Purwana Tattwa dari sabda Sabda Bhatara Yama. Dalam sabdanya tidak disebutkan nama tipe ngaben ini, maka dari itu untuk membedakan dengan ngaben sederhana lainnya, maka disebut dengan Ngaben Mitra Yajna. Pelaksanaannya juga berbeda, proses pembakaran mayat ditetapkan sesuai ketentuan dalam Yama Purwana Tattwa. Lebih khusus lagi terkait upacara dan dilaksanakan tujuh hari,tanpa memilih hari Pranawa, berasal dari aksara Om Kara. Nama ini adalah ngaben yang menggunakan huruf suci. Proses pelaksanaannya,jenazah terlebih dahulu dikuburkan. Pada 3 hari sebelum pembakaran mayat, diadakan upacara Ngeplugin alias Bhuanakosa, ngaben dari aliran Dewa Brahma terhadap Rsi Brghu. Swasta, bearti lenyap atau hilang. Ngaben jenis ini dilakukan untuk jenazah yang tidak tau keberadaannya, bisa karena hilang, terkena bencana, meninggal di tempat yang tidak diketahui, dan lain -lain. Sebagai ganti dari jenazah yang hilang tersebut, maka dipakai lah kayu cendana yang telah dilukis dan berisi aksara magis. Lukisan disini dibuat merujuk pada representasi dari badan kasar atma dari orang yang telah meninggal tersebut. Sebagaimana jasad yang dibakar, nantinya kayu cendana itulah yang akan dibakar mewakili jasad orang yang Asti Wedana, prosesi Ngaben yang pelaksanaannya dilakukan setelah jenazah sudah dikubur. Hal ini berbeda dari Ngaben yang biasanya dimana jasad orang meninggal itu tidak dikuburkan terlebih dahulu sebelum upacara dilaksanakan. Jenazah yang sudah dikubur itu nantinya akan dibongkar kembali melalui ritual ngagah, yaitu ritual untuk pengambilan tulang belulang sisa dari si jenazah itu adalah upacara kematian yang diperuntukkan untuk para anak kecil yang masih belum mencapai tunggal Kruron yang secara khusus adalah upacara Ngaben untuk para bayi yang belum sempat melihat dunia secara langsung atau Sawa Wedana dilakukan dengan melibatkan seluruh badan dari orang yang meninggal. Dilakukan pada jasad yang belum dikubur tetapi didiamkan selama 3-7 hari bahkan bisa sampai sebulan sembari menunggu tanggal bagus untuk melaksanakan upacara Ngaben ini. Selama masa menunggu itu, si jenazah diletakkan di balai adat dan juga telah diberi ramuan atau formalin guna memperlambat pembusukan. Jasad tersebut juga diberi makan layaknya orang hidup karena hanya dianggap Ngaben yang merupakan adat istiadat terkait upacara kematian yang masih kental dilaksanakan di Bali. Pelaksanaannya yang begitu megah dan unik menjadikannya diketahui oleh seluruh penjuru negeri. Upacara adat semacam inilah yang perlu dijaga kelestariannya mengingat kekentalan budaya yang masih sangat terlihat di segala aspek. Upacara ini pula dilaksanakan dengan tata cara khusus sesuai dengan ritual keagamaan di Bali dan tidak boleh dilakukan secara lainnya tentang Peninggalan Sejarah Bali Pura Besakih, Pura Terbesar di Bali dengan Keindahan MagisnyaKeunikan Sejarah yang Dimiliki Pura Tanah Lot Bali
BerandaBudayaMengenal Upacara Ngaben yang Ada di Bali Pemimpin ritual Ngaben massal. Foto adalah sebuah upacara pembakaran jasad yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Upacara ngaben berasal dari daerah Bali, Upacara ini dimaksudkan untuk menyucikan roh anggota keluarga yang sudah meninggal yang akan menuju ke tempat peristirahatan “ngaben” mempunyai arti bekal atau abu yang semua tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu, selain dipercaya sebagai dewa pencipta, Dewa Brahma juga memiliki wujud sebagai Dewa upacara ngaben adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa kembali ke sang pencipta. Api yang membakar dipercaya sebagai penjelmaan Dewa Brahma yang bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah menuju upacara Ngaben massal. Foto ngaben massal diperuntukkan bagi keluarga yang kurang mampu, agar jasad para leluhurnya dapat disucikan atau dibersihkan sesuai dengan ajaran agama Juga Mengenal Suku Asmat Suku Titisan Desa di PapuaDengan adanya ngaben massal ini, keluarga yang kurang mampu dapat melaksanakan ritual tersebut dengan membayar 2,5 juta rupiah atau bahkan gratis jika memang benar-benar tidak untuk jenazah dalam upacara Ngaben. Foto ngaben akan dimulai dengan arak-arakan dari para keluarga. Masing-masing keluarga membawa foto mendiang atau jasad yang akan diaben. Bunyi gamelan Bali ikut mengiringi rombongan sampai ke lokasi jasad diaben atau dibakar, sisa abu dari pembakaran jasad dimasukkan ke dalam buah kelapa gading untuk kemudian dilarung ke laut atau sungai yang dianggap Ngaben Ngaben meupakan upacara yang sudah ada sejak dulu di Bali. Dalam bahasa Hindu, Ngaben diartikan sebagai prosesi memisahkan jiwa dari jasad sebelumnya. Proses pemisahan ini dilakukan dengan cara dikremasi. Dikutip dari Indonesia kaya, Nyoman Singgin Wikarman menjelaskan bahwa kata “Ngaben” berasal dari kata “Beya” yang berarti bekal. Ngaben juga disebut dengan nama lain “Lebu” yang berarti prathiwi atau tanah. Maka, untuk membuat jasad itu kembali menjadi tanah, umat Hindu percaya bahwa dibakar adalah salah satu caranya. Dilansir dari berbagai sumber, asal-usul ngaben pertama kali dilakukan oleh Bharatayuddha di India pada 400 SM. Ritual ini dipercaya bisa membawa kembali tubuh almarhum kembali ke dasar tubuh alaminya. Ini sangat berkaitan dengan energy panas yang bisa dipercayai bisa mengembalikan jasad ke bentuk alaminya. Selain itu, umat hindu juga percaya bahwa upacara Ngaben bisa membebaskan jiwa dari perbuatan buruk selama hidup di dunia. Seiring dengan penyebaran Hindu yang terjadi di Bali, upacara Ngaben mulai dilakukan pada abad ke 8 dan diwariskan secara turun temurun. Bahkan, upacara ini terus dilakukan hingga sekarang. Filosofi dan Tujuan Ngaben Umat Hindu juga percaya bahwa api yang membakar pada upacara Ngaben perwujudan dari dewa Brahma. Api tersebut akan membakar seluruh kotoran yang ada pada jasad manusia ataupun roh yang melekat didalamnya. Umat Hindu puna filosofi ngaben yang dipercaya secara turun temurun bahwa tubuh manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu raga sarira, sukma sarira, dan antahkarana sarira. Raga sarira diartikan sebagai tubuh fisik manusia. Sukma sarira diartikan sebagai badan astral berupa perasaan, nafsu dan pikiran. Sedangkan antahkarana sarira diartikan sebagai roh atau sesuatu yang menyebabkan kehidupan. Ketika manusia meninggal, atma roh yang terlalu lama dalam tubuh harus meninggalkan badan. Untuk mempercepat proses mengembalikan badan kasar ke seumber alaminya itu, diperlukan upacara ulasan dari Exploring Indonesia mengenai ngaben. semoga ulasan ini bermanfaat untuk menambah wawasan kita mengenai upacara ngaben.
- Ngaben merupakan upacara keagamaan yang dilakukan oleh umat Hindu. Menurut Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam laman Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat HIndu di Bali Upacara ini merupakan ritual keagamaan yang tertujuan untuk memulangkan roh leluhur ke tempat asalnya. Istilah Ngaben dalam bahasa Bali memiliki konotasi bahasa halus yang disebut Palebon. Palebon beradal dari kata lebu pratiwi atau tanah. Kemudian, kata palebon memiliki makna melebur menjadi pratiwi abu dan tanah. Dalam tradisi tersebut, ada dua cara untuk mengembalikan seseorang menjadi tanah yaitu dengan cara membakar ngaben dan menanam ke dalam tanah metanem. Berikut ini informasi tentang tradisi Ngaben di Bali. Baca juga Aturan Ngaben di Tengah Pandemi Virus Corona Apa tujuan upacara Ngaben? Seperti yang telah dijelaskan sedikit di atas, upacara Ngaben bertujuan untuk mempercepat tubuh raga sarira kembali ke asalnya yaitu panca maha buthadi alam lima unsur dasar zat yang menyusun manusia dari alam semesta. Dalam ajaran agama Hindu, landasan filosofis dari tradisi Ngaben adalah panca sradha yang terdiri dari lima kerangka dasar Agama Hindu yaitu Brahman, Atman, Karmaphala, Samsara, dan Moksa. Upacara Ngaben secara khusus dilaksanakan sebagai wujud cinta kepada leluhur dan bakti anak kepada orangtua. Ngaben juga disebut sebagai pitra yadnya lontar yama purwana tattwa. Pitra berarti leluhur atau orang yang meninggal.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku, bangsa, adat dan istiadat serta agama yang beragam. Seluruh wilayah di Indonesia dihuni oleh masyarakat yang memiliki kepercayaan berdasarkan dengan agama yang dianut. Salah satunya adalah Bali yang wilayah nya dominan dihuni oleh masyarakat yang menganut agama Hindu. Salah satu budaya yang paling terkenal di Bali adalah budaya ngaben. Budaya ngaben atau yang biasanya juga disebut sebagai upacara ngaben merupakan upacara pitra yadnya, yang mana upacara ini ditunjukkan untuk para leluhur yang dilakukan untuk seseorang yang sudah meninggal dunia Dalam Upacara Ngaben ada beberapa proses ritual yang memiliki makna yang unik diantaranya1. Ritual NgulapinRitual ngulapin merupakan sebuah proses menyucikan tempat untuk jenazah peti yang mana kegiatan ini dilakukan oleh orang suci pinandita.2. Ritual Nyiramin Mayat yang ditaruh di atas pepaga atau meja dan dimandikan oleh keluarga. saat membuka baju, alat kelamin jenazah ditutup dengan kain Ritual NarpanaSetelah jenazah dimandikan, jenazah dimasukkan ke dalam peti mati pinandita berperan sebagai narpana. keluarga memercikkan tirta penglukatan untuk penyucian tirta khyangan kemudian di lanjutkan dengan proses memasukkan barang yang akan ikut di bakar lalu peti akan langsung di tutup. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
ngaben adalah perwujudan budaya yang masuk dalam kelompok